zero X first part 5

Ify menghela napas keras. Capek. Agni yang disampingnya juga melakukan hal yang sama. Ify kemudian menyandarkan punggungnya ke pagar pembatas jembatan.
Sementara Agni malah duduk di trotoar. Gabriel mendecakan lidah. Putus asa.

“Ya ampun, udah ngelilingin nih kota, muter-muter. Katanya sekilo doang. Tapi ga nemu-nemu.” Keuh Ozy. Ify meirik jam-nya.

“Kita nyarinya udah 2 jam lebih…” sambung Ify. Mereka semua mendesah. Capek? Tentu, udah 2 jam mencari, tapi hasilnya? Nol!

“Hah…. Jangan-jangan si keke diculiknya ditaroh di gudang lagi kayak di pilem-pilem” celetuk Nyopon asal. Semua serentak menatap Nyopon.

“Hei!” Gabriel dan Ify saling tatap. “Gudang!” ucap mereka semua barengan. Mereka semua kemudian berlari ketempat yang sama-kecuali Nyopon yang masih bingung-.
Memeang, tepat satu kilo dari sekolah mereka, ada gudang bekas. Yang ngga
terawat.

Dengan cepat agni memutar kenop gudang itu. Kekunci. Keke yang berada didalam, menyadari ada seseorang dibalik pintu. Keke berlari ke pintu.

“Hei! Keluarin gue dari sini!!!” teriak Keke dari dalam. Mereka semua langsung berpandangan.

“Ke.. keke, ini elo?” Tanya Agni memastikan. Keke tersenyum senang.

“Iya Ag! Ini gue!!!” Jawab keke. Mereka semua menghela napas lega.

“Kita khawartir banget tau ga?” ucap Ify lirih,

“Gue ga papa kok! Tapi plisss keluarin gue dari sini…. Gelap banget tau ga…” pinta Keke. Gabriel dan Agni bertatapan sesaat.

“Ke, jauhin pintu!” perintah Gabriel. Keke menurut, dia menjauhi pintu.

“oke, satu, dua, Tiga!” Hitung Agni, kemudian dia dan Gabriel berbarengan mendobrak pintu. BRAKKKKK. Pintu gudang itu terjatuh. Ga perlu waktu lama untuk menggebrak pintu itu, soalnya pntunya
juga udah lumayan rapuh. Keke tersenyum senang. Dipeluknya Agni kuat-kuat.

“Thanks Ag, Thanks semuanya!” seru Keke seneng, air matanya mulai berjatuhan. Ify mengelus kepala Keke sambil tersenyum. Ozy dan Nyopon berhigh-five. Keke
melepaskan pelukannya.

“Tapi ngomong-ngomong, kalian kok tau aku ada disini?” Tanya Keke penasan.

“Bukan Cuma tau lu dimna, tapi kita tau pelakunya malah..” jawab Ozy.

“Tapi yang ngebuat kita tau elo dimana, ya… si Nyopon, maniak sinetron, hehe” kelakar Agni. Mereka semua tertaawa berbarengan.

“makasih ya, gue pikir gue bakal kekurung disitu selamanya. Disitu sepi banget sih..” ucap Keke sambil melirik gudang tempat dia bermalam itu.

“yang penting lo selamat sekarang, mending lo pulang deh. Nyokap lo khawatri banget tuh!” suruh Nyopon. Keke mengangguk. Ify menepuk jidatnya.

“Ya ampun!” pekik Ify. Dia melirik jam ditangannya. 14.15! “ya ampun, gue telat!!!” ucap Ify.

“apanya Fy?” Tanya Agni.

“Gue telat kerja Ag! Hari ini hari pertama gue kerja! Ya ampun,” jawab Ify dengan raut wajah cemas.“yaudah, gue pergi dulu yah,” pamit Ify. Yang lain mengangguk.

* * *

Satu hal yang perlu disyukuri, adalah, tempat kerja Ify yang lumayan deket sama tempat penyekapan keke. Tapi tetep saja, judulnya “TELAT DIHARI PERTAMA KERJA” so bad,
huh? Dengan cepat Ify memasuki café. Sebelum sampai didalam, Ify menghela napas
berkali-kali. Menguatkan batinnya. Sebeum dimarahi atasannya.

“Siang pak..” sapa Ify ke Manager café. Sang Manager berbalik. Pak Sion.

“ya ampun, Ify…. Kamu ini! Kamu tau tidak, kamu terambat setengahb jam tau baru hari pertama kerja saja kamu sudah seperti ini! Apalagi selanjutnya? Bisa-bisa kamu
makan gaji buta tau ga? Kamu ini bagimana sih????????” semprot Pak Sion. Ify
menundukl dalam-dalam. Ify mau ngejelasin, tapi toh sama saja, pasti managernya
yang satu ini ga ngerti atau tepatnya ga mau ngerti. Huh!

“Ma, Maaf pak” hanya itu kata-kata yang dilontarkan Ify. Pak Sion menatap Ify kesal. Bagi orang yang penuh disiplin seperti dia, yang namanya pelanggaran, apalagi
terlambat masuk, merupakan KESALAHAN BESAR.

“pokoknya, gaji kamu buklan ini, akan Saya potong! Atau… Kamu saya pecat!” Ucap Pak Sion. Ify mengangkat muka. Terbelalak. Sekejam itu kah?

“Tapi pak.. saya mohon… ibu saya tuh sakit-sakitan, gimana caranya saya dapat uang??” tanya Ify memelas. Pak Sion membuang muka.

“Saya tidak peduli. Toh itu urusan kamu. Bukan urusan saya!” ucap Pak Sion berkeras. Ify melengos. Apa-apaan ini????

“Ada apa nih?” Ucap seseorang dari belakang Ify. Tampaknya orang penting, soalnya Pak Sion langsung berperilaku sopan. Tadinya Ify mau berbalik, tapi berhubung dia
lagi kesel, dia cuek aja.

“ini pak, pegawai baru. Baru mau kerja har ini. Tapi sudah terambat masuk setengah kjam. Sebagai manager café ini, saya ingin mendisiplinkan pegawai disini” jawab Pak
Sion. Menurut Ify, tampangnya sangat CARI MUKA. Jadi penasaran juga, siapa
orang ini. Ify berbalik.. dan….

“elo??” ucap Ify.

“Aya?” ucap cowok itu. Well, udah tau kan, siapa, RIO.

“perlu berapa kali gue bilang sih? Nama gue bukan aya!” protes Ify, seolah melupakan hipotesisnya kalo orang ini “penting”

“oke, Sorry” ucap Rio pelan. Dengan menambahkan dalam hati, elo Aya.. menurut gue…

Pak sion menatap mereka berdua bergantian. Kalian saling kenal?” Tanya Pak Sion. Ify menggeleng. Tapi Rio mengangguk.

“Saya ga kenal dia. Dia aja yang suka manggil saya Aya. Padaha nama saya Ify..” jawan Ify sambil melotot ke Rio. Pak Sion menaikan Alis. Ga ngerti. Rio ga meduliin
prtanyaan pak Sion barusan. Tepatnya, dia ga bereaksi sama sekali.

Ify merenggut kesal. Sepertinya “pemecatan” udah diepan mata. Jelas-jelas dia ngga sopan. Ya kan?Tapi, ternyata, ify salah besar. Well, ify ga mikir kalo Rio bisa
aja “nyelamatin” dia. Dan emang itu yang Rio lakuin.

“ya udah. Maafin aja dia pak, tadi masih ada acara di sekolah sedikit. Makanya dia terlambat” Ucap Rio datar. Ify melotot ke Rio. Keterangan Rio jelas-jelas
PALSU. Rio balas menatap Ify cuek.

“Kok tuan Rio bisa tau?” Tanya Pak Sion.

“Dia satu sekolah sama saya” jawab Rio datar. Pak sion menatap seragam Ify, seolah baru menyadari bahwa seragam yang dikenakan mereka berdua sama. Blazer, kemeja seragam
berwarna putih biru , dan skirt-untuk Ify- dan celana –untuk Rio- yang berwarna
senada dengan kemeja mereka.

“ya, naiklah, kali ini kamu saya ampuni. Tapi jangan ulangi agi lain kali” ucap Pak Sion. Senyum Ify merekah.

“benera nih pak? Saya ga dipecat? Gaji saya ga dipotong?” Tanya Ify antusias. Pak sion menatap rio sebentar. Rio mengangguk.

“ya. Baiklah. Gaji kamu tidak saya potong!” jawab Pak Sion. Ify melompat senang, reflek, dia memeluk Rio yang ada dihadapannya. Rio sendiri kaget banget. Pak Sion malah melotot. Dengan cepat Ify melepaskan
pelukannya. Kemudian menunduk malu.

“Maaf ya, kalo seneng, gue suka reflek meluk orang, hehehehe” ucap Ify malu. Rio kayak kesambae petir dengerin ucapan Ify barusan. Kalo seneng, reflek meluk orang.
Bayangan Aya muncul lagi. Rio menatap Ify lekat. Ify menaikan alis bingung.
Tapi Rio kemudian melengos dan berjalan meninggalkan Ify.

“ga seharusnya gue mikirin Aya terus.. cewek itu bukan Aya. Dan lagi, gue ga pantas buat mikirin aya… gue udah ngecewain Aya..” desah Rio.

Sementara itu Ify hanya menatap keprgian Rio dengan satu kata. “aneh” itu label yang pas buat Rio, tiap kali Rio bertemu Ify. Ify bisa ngerasain, dia ga asing sama Rio.
Tapi satu hal yang ngebuat Ify berhent buat nyari tahu, adaah satu kalimat yang
selalu melitas dalam ingatannya “kenangan Buruk”

* * *

Ify melirik jam ditangannya. Jam 9.30 malam. Ga pantas buat seorang anak cewek pulang jam segini, masih berseragam pula. Tapi apa boleh buat. Ini udah
konsekuensinya kerja paruh waktu. Ify ga peduli sama kata orang lain.yang dia
peduliin adalah bagaimana ngumpulin uang dengan cara halal-sebanyak-banyaknya,
buat bisa ngobatin ibunya. Hanya itu.

Sebenernya, Ify agak getir juga jalan-jalan tengah malam begini, mana sepi…. Oke, ga sepi, karna tanpa Ify sadari, didepan jalan, ada sekumpulan om-om yang kurang
kerjaaan, pengangguran seumur hidup, lagi ngebuang-buang uang dengan cara
mabuk-mabukan.

Begitu sampai didepan jalan itu, Om-om itu ngelirik Ify. Dengan tatapan nakal. Tapi Ify ga tau. Tempat yahng agak gelap ngebuat dia ga begitu bisa ngeliat jelas.

“eh, ada anak sekolahan, sekolah apaan neng, pulangnya malam-malam begini?” Tanya salah satu dari mereka, sambil tertawa kurang ajar. Ify tidak menggubris mereka. Ify
mempercepat langkahnya. Sambil berdoa agar dia dilindungi sama Tuhan.

“idih,,, dok jual mahal..” timpal Yang satu yang langsung mencegat Ify. Ify berhenti, menggigit bibir. Zoba tidak aman, huh? Ify berbalik, tapiternyata dibelakangnya
udah ada satu om-om laghi. Ify meneguk ludah. Dia terkepung!

“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa” Ify berteriak keras. Sambvil berjongkok dan menutup kupingnya. Dia takut banget. Di pejamkan matanya kuat-kuat. Om-om itu malah ketawa-ketawa

“teriak saja, tidak aka nada yang denger teriakan kamu.. ini sud…” belum sempat dia melanjutkan kata-katanya, seseorang udah melayangkan tinjunya ke Om-Om itu. Ify
mengangkat muka. Seorang cowok tinggi, lagi menghadapi ketiga om-om sinting
itu. Agak gelap, Ify ga bisa ngeliat jelas, siapa itu. Yang jelas, Ify ngerasa
kao Ify kenal banget cowok itu.

Brukkkkkk. Om-om yang ketiga terjatuh, kemudian merintih kesakitan.

“Awas kalo kalian berani ngegangguin dia lagi” ancam cowok itu. Ketiga om-om itu langsung ngibrit. Ify terduduk. Lega. “lo ga papa Fy?” Tanya cowok itu. Ify mengangkat
muka.

“Iyel” Ucap Ify lega “gue baik-baik aja. Thanks banget yaa” jawab Ify. Iye membantu Ify bangun berdiri.

“lo ngapain jalan-jaalan sendirian malam-malam begini?” Tanya Iyel.

“Gue habis kerja. Tadi gue datangnya telat, makanya gue disuruh lembur sejam.” Jawab Ify.

“ohh, ya udah, gue ambil motor temen gue dulu. biar gue anterin lo” ucap Iyel. Ify menganguk.

Sementara itu, dari kejauhan, Rio melihat adegan tadi dari dalam mobil. Sebenernya, tadi dia mau nolongin Ify, tapi keduluan Iyel. Rio menghela napas. Kemudian melajukan
mobilnya.

* * *

Sivia merintih sambil memegangi perutnya. Niatnya mau ke kantin, tapi maagnya keburu kumat. Sivia melirik bangku yang ada didekat situ, kemudian langsung berjalan
untuk duduk disana. Sial! Semalam Sivia ga sempet makan, soalnya dia sibuk
ngerjain tugas dari Pak Duta, tadi pagi karna udah hampir telat juga dia ga
sarapan.

Sekarang, dia ga punya tenaga lagi buat ke kantin, ya, gimana mau punya tenaga, kalau perutnya begitu nyeri dan ga ada asupan makanan dalam perutnya? Sivia menunduk.
Perutnya sakit banget. Sivia mencoba bangun berdiri, mengumpulkan sisa-sisa
kekuatannya untuk mencapai kantin (?)

Tapi baru Selangkah, dia udah hampir jatuh. Hup! Sivia ditahan oleh seseorang. Sivia menatap orang itu. cowok. Cowok itu tersenyyum. “lo ga papa?” Tanya cowok itu.
sivia menggeleng, cwok itu kemudian mengantarkan Sivia ketempat duduk tadi.
Svia tersenyum tipis. Dia ingat siapa cowok ini. Gabriel.

“Thanks ya” ucap SIvia sambil tersenyum. Tiba-tiba rasa nyeri itu dating lagi. “Duhh” rintih Sivia. Gabriel mengernyitkan dahi.

“lo kenapa?” Tanya Gabriel heran. Sivia tersenyum kecut.

“Maag gue kambuh….” Jawab Sivia pelan, sambil memegangi perutnya.

“Oh, yaudah, gue beliin lo makanan. Tunggu disini” ucap Iyel kemudian berlari kecil ke arah kantin. Sivia tersenyum tipis. Cowok baik. Pikir Sivia.

5 menit kemudian, Gabriel datang lagi. Dengan semangkuk bubur ayam yang masih panas. Sivia manikin alis. Bubur? Pikir Sivia.

“katanya, kalo sakit maag, makan aja bubur anget (bner gat uh? -_- Kebetulan gue juga ga punya uang banyak, jad ga bisa ngebeliin elo yang mahal-mahal, hehe” ucap
Gabriel sambil menyodorkan mangkuk itu ke Sivia. Bukannya ngambil, sivia malah
menatap bubur itu sambil cekikikan. Gabriel menatap Sivia.

“Lo ga mau makan nih? Iya deh, gue tau, orang kaya ga suka makan beginian. Biasanya makan.. apaan tuh namanya? Pizza? Atau? Ga tau deh gue, hehe” ucap Gabriel. Sivia
menggeleng cepat.

“eh, enggak kok. Ga papa kok. Gue Cuma seneng ja, o bela-belain beliin bibir buat gue. Betulan deh!” ucap Sivia cepat, kemudian mengambi bubur dari tangan
Gabriel dengan hati-hati. Dan mulai melahapnya, ga lama kemudian, bubur itu
langsung ludes.

“Ya ampun! Gue lupa bei minumannya”ucap Gabriel panic.

“Eh, ga papa kok, biar gue beli sendiri. Ke kantin yuk, sekalian gue beliin lo makanan. Itung-itung, gue nraktir lo lah, gimana?” tawar Sivia.

“Ga ngerepotin nih?” Tanya Gabriel memastikan.

“ya ngga lah. Gue lebih ngerepotin lagi. Yuk”

* * *

Acha tersenyum memnggoda kea rah Sivia yang lagi bengong sambil senyum-senyum sendiri di tempat duduknya.

“Ecieee. Yang tadi ke kantin bareng pujaan hati” goda Acha. (di cerita ini Acha suka ngegangguin orang, bener ga? Ehe). Wajah Sivia langsung memerah.

“apaan sih?” elak Sivia.

“ohhh, jadi lo naksir abak Zero ya? Yang tadi ke kantin bareng elo? Tampangnya sih lumayan… tapi tetep aja, anak Zero tuh miskin. Kampungan” ejek Shilla tepat
sasaran. Sivia mendelik.

“Apaan sih? Kita ga butuh pendapat lo tau ga? Ngancurin mood orang aja. Suka-suka Sivia dong mau suka sama siapa. Emang elo emaknya berani ngatur-ngatur dia? Lagian… sirik aja lo jadi orang” cerocos Acha
kesal.

“ya, elo juga kan Cha? Kemarin gue liat lo duduk berduaan sama anak Zero. Wah, wah, pada mau jadian masal sama anak Zero ya?” ledek Shilla lagi. Kali ini lebih tajam.

“Lo apa-apaan sih? Jaga mulut lo! Emang lo pikir anak Zero bukan manusia apa? Hobi banget ngehina anak Zero!” baas Acha kesal.

“Ngebelain anak Zero? Auww so sweetttt” ejek Shilla. Acha berjalan mendekat ke arah Shilla, tapi Alvin menahan Acha.

“udahlah… jangan berantem terus” lerai Alvin.

“hahhhhhh, lo ngebelain Shilla lagi… Vin, gue tau lo suka sama Shilla, dan gue sangat menyayangkan hal itu. elo bisa-bisanya suka sama cewek yang ga bisa jaga mulut
kayak dia” ucapan Acha itu berhasil bikin Alvin sating.

“elo apaan sih ha?” elak Alvin.

“well, gue kasian sama lo Vin. Mau sampai kapan lo berharap?” ucap Acha sambil keluar kelas. Shilla berbalik ke Alvin.

“bener yang dikatain Acha?” Tanya Shilla. Alvin menghela napas keras.

“Acha ngawur” ucap Avin kemudian menyusul Acha keluar. Shilla hanya menatap mereka ga ngerti. Sementara itu, diluar kelas.

“Maaf, gue keceplosan” sesal Acha. “Habis gue kesel banget sih! Lo ngebelain dia mulu”

“Ga papa kok Cha. Sebenernya, gue juda udah capek sama semua ini. Dulu, gue reain dia pacaran sama Cakka. Sekarang, waktu dia free, kok gue jadi ragu gini yah?” ucap
Alvin sambil menyandarkan badan ditembok.

“Vin, kalo lo gak yakin kalau suka sama shilla, emnding ga usah deh. Sikap dia aja gitu, lagian, gue rsa dia gak concern tuh sama elo” cerocos Acha jujur. Alvin
tersenyum kecut.

“Ga concern sama gue ya..” ulang Alvin.

“eh? Gue bilang apa tadi? Aduh, Vin, kjangan masukin kehati ya.. “ sesal Acha. Alvin menggeleng.

“gak papa kok”

* * *

Ify berjalan selangkah, kemudian berbalik, tapi habis itu balik lagi, trus balik lagi, ga tau deh bolak-balik sampe berapa kali. Setelah menghela napas
panjang-panjang, Ify berjalan.

“gue bilang makasih gak yah? Tapi apa dia ga GR ya? Kayaknya ngga deh. Tapi kalo gue ga bilang thanks.. ya.. kan gara-gara dia gue ga dipecat. Ya udah deh, bilang
makasih… eh, tapi entar sampe san ague bilang apaan? Masa gue bela-belain
kekelas dia hanya untuk bilang thanks? Ga ah” ucap Ify sambil bolak-balik
dikoridor.

“Brukkkkk” Ify menabrak seseorang.

“Damn! Punya mata ga sih Lo?” bentak cowok itu.

“Ya sorry…” Ify mengangkat muka. “elo?” ucap mereka berdua barengan

* * *
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "zero X first part 5"

Posting Komentar